Rabu, 05 Maret 2014

Ini Alasan Mengapa Perlu Ada Ruang Dalam Hubungan Asmara

Arina Yulistara - wolipop

img 
Dok. Thinkstock
Jakarta - Beberapa pasangan seperti tidak bisa hidup bila tak bertemu kekasihnya setiap hari. Padahal membuat 'ruang' dengan pasangan berpengaruh besar terhadap hubungan Anda kedepannya. Maka dari itu biarkan pasangan memiliki ruang sendiri yang menjadi faktor penting dalam hubungan. Mengapa perlu ada ruang dalam hubungan asmara?

1. Meningkatkan Kepercayaan
Memberikan ruang dalam hubungan akan meningkatkan kepercayaan satu sama lain. Ketika Anda percaya dengan kekasih maka rasa respek dan cinta yang kalian miliki semakin meningkat. Ini juga bisa menghindari adanya perselingkuhan karena pasangan merasa dipercaya. Jika Anda tidak pernah membiarkannya memiliki waktu untuk dirinya sendiri bisa membuat hubungan terasa bosan dan memburuk.

2. Semakin Berkembang
Adanya ruang atau waktu sendiri dalam hubungan asmara bisa membuat Anda dan pasangan semakin berkembang. Baik Anda maupun kekasih memiliki impian, ambisi hidup, dan pilihan yang berbeda. Maka dari itu perlu adanya kompromi serta penyesuaian satu sama lain. Salah satu bentuk kompromi tersebut adalah memberikan waktu untuk sendiri. Jika tidak ada ruang dalam hubungan maka hanya ada ego dalam jalinan cinta itu.

3. Kebebasan
Ruang juga merupakan bentuk kebebasan. Semua orang tentu ingin merasakan hal itu. Bila Anda membatasi kebebasan pasangan bisa membuat hubungan kedepannya menjadi tidak sehat. Oleh sebab itu, perlu setidaknya waktu untuk Anda dan pasangan melakukan aktivitas sendirian. Biarkan pasangan melakukan apa pun yang diinginkannya tanpa Anda terlibat di dalamnya. Ini bukan berarti dia ingin menjauh dengan Anda tapi hanya akan menyegarkan otaknya sesaat. Ruang tersebut juga mempengaruhi keharmonisan hubungan.

4. Menjauhkan Rasa Insecure
Tidak sedikit wanita yang merasa insecure setiap kali pasangannya pergi tanpa dirinya. Rasa insecure itu terkadang membuat wanita bertindak berlebihan sehingga pasangan menjadi tidak nyaman. Untuk itu, perlu adanya ruang dalam hubungan. Selain meningkatkan kepercayaan, ruang tersebut juga menjauhkan rasa insecure dan membuat perasaan lebih nyaman satu sama lain.

(aln/aln)
Sumber

Dinda

Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan itu. Seiring dengan turunnya air hujan,air mata Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya.

Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas tali,mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19 tahun wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu perhitungan terhadap Dinda.

Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.”Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati kepada Dinda.

Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan, berusia 51 tahun,lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini.

Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku, cewek bangsat…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Paul. Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar,beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Dinda, disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang batang kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda. Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul. “Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan tongkol gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama tongkol gue ini….”, sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya. Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Paul, apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat.

Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Dinda. Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….”,Dinda menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda.

Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul kemudian mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah membengkak itu. Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada. Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda. “Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Dinda menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Paul mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain Dinda masih perawan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Dinda.

Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu,dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp uunn …”, rintih Din

“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan akhirnya Paulpun berejakulasi di lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.

Puas sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam merobek keperawanan Dinda dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis 6cantik itu. Dinda menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Dinda yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh Paul. Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda, kini Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda. Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul.

Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil menanamkan penisnya itu kemulut Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul kembali memopakan batang kemaluannya didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Paul dengan santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul merasakan kembali kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg… ..”, Paul mendesah panjang ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan spermanya Paul mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya.

Dengan wajah puas sambil menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda, nampak wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun dalam pakaian seragam pramugarinya,nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan jilbab ketika foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan tersenyum Paul memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”,batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu.

Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu.

Udara dingin itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Dinda minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda menyentuh lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur, Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”, Dinda melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Paul berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu tubuh Dindapun kembali disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok- sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya terlentang.

Secepat kilatpula dia yang kini berada diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Dinda. “Oouuffffhhh……”,Dinda merintih dikala paul menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul memompakan kemaluannya didalam liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali penis Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi.

Riska

Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya lurus indah sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.

Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

Biasanya, anak ABG yang mengikuti trend masa kini sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut dan ukuran rok yang ketat yang memperlihatkan lekuk body tubuh yang sekal menggairahkan. Namun Riska tidak. Dia adalah seorang muslimah yang taat. Seringnya ia bergaul dengan anak-anak ROHIS di sekolahnya membuat dia lebih menyukai untuk memakai jilbab panjang sepinggul yang longgar, dan baju lengan panjang serta rok panjang, walaupun, karena peraturan sekolah, roknya tidak bisa ia buat terlalu longgar,s ehingga bagaimanapun ia berusaha menyembunyikan pantatnya yang montok dan merekah indah, tetap saja terlihat samar menggairahkan dari balik rok abu-abu panjangnya.

Penampilannya yang santun ini tentu mencegah pikiran buruk para laki-laki yang berpapasan dengannya, walaupun penampilan gadis berjilbab itu tidak serta merta menghlangkan kecantikan alami yang ia miliki. Kecantikan alami itulah yang mengundang beberapa lelaki tetap saja meliriknya saat berpapasan. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik melintas di hadapannya. Dulu, ketika ia sudah tak mampu menahan libidonya, dia pernah menggagahi seorang wanita yang memakai jilbab lebar dan jubah longgar, dijalan ketika wanita itu pulang. Ternyata ia menikmati sensasi ketika memperkosanya. Bagaimana wanita berjilbab itu meronta-ronta saat diperkosa, namun juga menikmatinya. Bagaimana ia bisa membuat wanita berjilbab itu orgasme berkali-kali, sehingga pada peristiwa pemerkosaannya yang kedua dan ketiga, wanita berjilbab itu hanya pasrah dan malah dengan agak ditahan menikmati permainan kasar yang dilakukan Parjo.

Walaupun berjilbab, sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul, termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman gadis SMA berjilbab lebar itu yang masuk ke dalam gang.

Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantar gadis berjilbab itu dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik- rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska, gadis berjilbab yang sudah beberapa hari terakhir ini membuat libidonya memuncak. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.

“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska. Suaranya yang lembut terdengar pasrah di telinga Parno, membuat kontolnya mulai berdiri, embayangkan desahan-desahan yang keluar dari mulut gadis berjilbab itu saat ia menyetubuhinya. “Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.

Dengan pasrah Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.

“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya gadis alim itu. “Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.

Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi gelisah, wajahnya mulai terlihat was-was.

“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri gadis berjilbab yang montok itu yang masih duduk di dalam becak.

Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.

“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong. “Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan kontolnya yang telah mengeras dan membesar.

Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini. Ia selalu menjaga matanya dan langsung shock melihat benda itu tiba-tiba saja disodorkan didepannya.

“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta gadis berjilbab itu dengan wajah yang memucat.

Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang terbalut jilbab lebar dan seragam SMU. Pelan-pelan tangannya maju dan dengan tenang menyingkapkan rok panjang Riska, hingga keatas lutut. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis berjilbab itu. Jilbab lebarnya ia singkapkan dan disampirkan ke pundak, sehingga terlihat gundukan payudara gadis berjilbab itu yang montok, seolah minta diremas-remas.

“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, gadis berjilbab berwajah pasrah itu mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.

Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menggerayangi betisnya, lalu pelan-pelan naik ke pahanya yang sudah terbuka. Tangan gadis berjilbab itu secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah pahanya, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.

“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, gadis cantik berjilbab itu meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi- jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.

Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno semakin intens bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh gadis SMU berjilbab yang montok dan menggairahkan itu menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal pahanya, dan wajah Riska yang lembut dan seakan pasrah menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.

“eeehhhh..”, desahan Riska mulai menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang memeknya. Parno pun sadar bahwa gadis berjilbab itu melai terangsang akan perbuatannya

Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah gadis berjilbab itu yang nampak pasrah dengan desahan yang keluar dari mulutnya disertai tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.

“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan gadis berjilbab itu telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno. Tiba-tiba tubuh gadis berjilbab montok itu menegang. Dari mulutnya pekikan tertahan, “eehmmmmh……!!!” ternyata gadis itu sudah mendapat orgasmenya yang pertama kali dalam hidupnya. Sesuatu yang sangat nikmat ia rasakan, dan tubuhnya terlonka-lonjak untuk beberapa saat, mengalami kenikmatan yang sangat. Memeknya terasa geli, dan tubuhnya yang lemas mulai bersandar pasrah pada tubuh Parno, tukang becak yang membuatnya mendapatkan kenikmatan itu dengan paksaan.

Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis berjilbab itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir gadis berjilbab itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir gadis berjilbab yang sintal itu oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis SMU berjilbab itu. Ia naikan sedikit jilbab Riska, dan ketika leher Riska yang putih bersih terlihat, langsung saja Parno melumatnya. “Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno. Parno sengaja tidak membuka jilbab Riska, karena ia menyukai sensasi yang tercipta dihatinya, ketika melihat seorang gadis lugu yang berjilbab lebar mengerang-erang dan mendesis nikmat didepan matanya.

Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat gadis berjilbab itu pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya, selain karena ia sudah tidak punya tenaga setelah orgasme dahsyatnya yang pertama. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska yang masih terbungkus jilbab dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala gadis alim berjilbab itu itu dihadapkan pada kontolnya.

“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil mencengkeram kepala Riska yang masih berjilbab itu.

Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak gadis berjilbab yang cantik itu sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk kontolnya ke dalam mulut Riska.

“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi gadis berjilbab itu menggelembung karena batang kemaluan Parno yang besar menyumpalnya. “Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut gadis berjilbab itu.

Gadis berjilbab itu menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska yang masih terbungkus jilbab mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok kontolnya dengan mulut gadis alim berjilbab yang montok itu. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.

Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Bahkan sensasi yang ia rasakan melihat seorang gadis berjilbab dengan terpaksa mengulum kontolnya sangatlah nikmat. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak jilbab Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..

“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Gadis lugu berjilbab itu berusaha melepaskan batang kontol Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut gadis lugu yang berjilbab itu.
“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.

Nampak batang kontolnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Gadis manis berjilbab itu meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya sudah sangat lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.

“Sudah Pak.. Sudahh..” gadis berjilbab montok itu menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.

Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat- lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.

Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Gadis belia berjilbab itu sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh gadis berjilbab itu di lantai gudang yang kotor. Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
Setelah gadis lugu berjilbab itu terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu panjang seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Gadis berjilbab itu hanya bisa pasrah akan keadaan, karena tenaga dan keberaniannya sudah hlang entah kemana. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir memeknya, indah sekali. Ia tahu bahwa kemaluan wanita berjilbab selalu bagus, karena tidak pernah tersentuh barangnya laki-laki, dan terawat. Tapi milik Riska, gadis berjilbab lugu yang terbaring dihadapannya itu sangat menggairahkan.

Parno langsung saja mengarahkan batang kontolnya ke bibir memek Riska. Gadis berjilbab itu menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang kontolnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang memek Riska.

“Aakkhh..”, gadis lugu berjilbab itu menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.

Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di memek gadis berjilbab itu dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang kontol Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan gadis alim itu. Barang yang sangat ia jaga telah dirnggut dengan paksa oleh seorang tukang becak. Tangisnya kembali pecah.

“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.

Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.

“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang- ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang kontolnya basah kuyup oleh cairan memek gadis berjilbab berkulit putih bersih itu, yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi gadis berjilbab itu, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.

“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.

Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik berjilbab yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.

Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, gadis berjilbab itu tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah gadis lugu berjilbab itu hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuh gadis berjilbab yang montok dan molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan gadis berjilbab itu yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya. Tentu saja tidak lupa Parno sudah mengambil gambar telanjang dari gadis berjilbab itu, untuk berjaga-jaga agar Riska tidak membocorkan rahasianya.

Gairah Seorang Istri

Namaku Iyan biasa dipanggil iyan, aku tinggal di tengah-tengah kota Jakarta, saat ini pekerjaanku adalah seorang IT pada beebrapa perusahaan di Jakarta, bandung dan Semarang. Usiaku saat ini 29 tahun, karena pekerjaanku sebagai wiraswasta di luar kota kota Jakarta, aku sering sekali berpergian keluar kota. Bahkan terkadang aku hanya satu atau dua hari tinggal di rumahku di daerah Rawamangun Jakarta Timur. Istriku bernama Nur usianya 25 tahun lulusan salah satu universitas swasta di Jakarta. Alhamdulilah aku dikarunia seorang putera yang sedang lucu-lucunya bernama firman dengan usia 1,5 tahun. Ditengah kesibukanku yang teramat sangat itulah aku sering kali tidak bisa memenuhi hasrat biologis istriku.

 

Sudah hamper 3 tahun aku menikahi istriku yang selalu diliputi rasa bahagia dan lumayan berkecukupan. Hari-hari kami selalu kami jalani dengan indah, aku bersyukur sekali ternyata Tuhan sangat baik padaku, sehingga aku mendapatkan istri yang benar-benar sangat sayang dan penuh pengertian. Setiap aku ingin minta berhubungan sex dengan istriku, dia tidak menolak dan bahkan selalu memberikanku kepuasan yang tidak digambarkan dengan kata-kata. Meskipun aku sendiri juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kepuasan sexual istriku. Tiap kali berhubungan aku selalu bertanya dan berdiskusi tentang permainan sex kami, sehingga kami bisa saling memahami kekurangan kami masing-masing. Bahkan setelah itu istriku biasanya meminta berhubungan sex lagi sampai berkali-kali dalam satu malam.

Sampai pada suatu hari istriku mengeluh padaku, tentang profesiku yang selalu meningalkan rumah sampai berhari-hari. Padahal istriku ingin sekali merasakan kehangatan belaianku yang hingga akhirnya sampai berhubungan sex. Tetapi mau gimana lagi, aku tetap sulit menerima keinginannya, karena itu adalah sudah menjadi resiko tanggaung jawab ku dalam profesiku ini. Aku sudah memberikan pengertian baik-baik kepada istriku, walaupun pada akhirnya istriku mengerti dengan keadaanku ini. Tetapi tetap saja aku tidak tega.

Aku tahu pasti kalau istriku sangat setia padaku, karena istriku adalah istri yang taat pada agama. Setiap keluar rumah dia selalu menjaga pandangannya, tak lupa dia sellau mengenakan jilbabnya ketika keluar dari rumah. Banyak temanku bilang kalau istriku itu sangat cantik, tingginya 160 cm / 152 kg, kulit putih dan wajahnya seperti maudy kusnaedi, apalagi payudaranya mnotok banget dengan ukuran 36b. aku paling suka meremas dan menghisap payudaranya, tidak ada bosan-bosannya walaupun hampIr tiap hari aku meremasnya.

Hari semakin hari, bulan semakin bulan terus berlalu, aku melihat istriku adalah type wanita yang mudah sekali terangsang dan nafsunya sulit dikendalikan bila diatas ranjang. Dia selalu sekuat tenaga melepaskan hasrat sexnya jika ku pulang kerumah, tidak siang ataupun malam, hari-hariku selalu tidak lepas dari kata sex. Aku maklumi karena aku hanya pulang satu hari dalam seminggu. Ditengah kegalauanku akupun mendiskusikan masalah ini kepada istriku. Terus terang akupun sangat kewalahan melayani nafsu sex istriku yang menurut saya sangat gila karena aku pikir aku juga ingin sekali menghabiskan satu hari in dirumah untuk istirahat.

Setelah aku berdikusi cukup lama dengan istriku barulah aku mengambil kesimpulan bahwa dia cukup menderita dengan kepergianku. Dia selalu melampiaskan hasrat sexualnya dengan melakukan mastrubasi dengan tangannya. Aku tidak habis pikir kenapa ini bisa terjadi, kasian sekali istriku. Tapi bagaimanapun juga istriku tidak selingkuh dengan pria manapun demi kesetiannya terhdap aku.

Akhirnya aku memiliki ide yang cukup gila untuk menuruti keinginan istriku ini, ya memang ini cukup gila dan melanggar kaedah agama. Tetapi mau gimana lagi ini sudah menjadi kesimpulanku untuk mengakhiri penderitaan istriku. Aku mencoba merayu istriku agar melampiaskan sexnya kepada orang lain yang bisa memuaskan dirinya selama aku tidak berada di rumah. Awalnya istriku menolak karena alasan agama dan memang tidak pantas dirinya dijamahi orang lain selain aku. Tetapi setelah aku memberikan pengertian dengan beberapa perjanjian-perjanjian yang harus ditepati diantara kami berdua. Sampai pada akhirnya kami menyepakati ide itu, dengan catatan istriku bisa bermain sex dengan hanya satu orang laki-laki selain diriku yang aku pilih, selain itu aku memberikan peringatan kepadanya agar jangan sekali-kali memasukkan spermanya kedalam vaginanya.

Setelah aku pikir-pikir aku telah memilih sosok laki-laki tampan dengan usia 20 tahun bernama Irwan, dia adalah rekan kerjaku ketika kami masih bekerja diperusahaan swasta pada beberapa tahun yang lalu, dia juga sudah punya istri dan dua orang anak, kebetulan sekali saat ini masih nganggur. Langsung saja aku mengajaknya bertemu empat mata di sebuah rumah makan. Tanpa basa basi lagi aku langsung mengajaknya bekerja mulai pukul 17:00 sampai 22:00 malam. Tugasnya hanya melayani dan memenuhi hasrat sexual istriku. Tetapi sebelumnya aku ingin sekali melihat bagaimana dia melayani istriku diatas ranjang di hadapanku.

Seminggu kemudian, setelah aku pulang dari luar kota saya dan istri saya sudah ceck in di sebuah hotel di daerah matraman Jakarta Pusat tepat pukul 17:00 BBWI. Sedangkan Anakku sudah aku titipkan ke orang tuaku, kini aku sedang menantikan kehadiran Irwan yang janjinya akan datang tepat pukul 18:00. di dalam kamar hotel tersebut, istriku kuperintahkan untuk mengenakan pakaian yang ketat dan sexy yang sengaja aku belikan dari Bandung. Jangankan irwan, aku saja yang sudah sering melihat istriku masih nafsu ketika memandang istriku berdandan seperti ini. Saat ini istriku mengenakan kaos putih ketat yang didalamnya hanya dibalut bra tipis, sedangkan bawahannya mengenakan rok bahan warna hitam yang panjangnya sampai selutut tapi belahannya hampir memamerkan seluruh pahanya yang putih dan mulus. Bibirnya dipoles dengan lisptik warna transparan dengan rambut panjang terurai rapi di atas bahunya. Sesaat aku melihat wajahnya begitu tegang manantikan kedatangan Irwan, sesekali aku menyentuh dadanya berdegap kencang tak karuan menantikan saat-saat yang menegangkan ini.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu, setelah aku buka ternyata benar Irwan sudah datang. Aku persilahkan masuk dan sembari menikmati minuman dingin dan makanan kecil yang baru saja kami beli. Sebelumnya aku bertanya kepada istriku apakah istriku suka pdanya, rupanya tanpa pikir panjang dia menjawab itu adalah terserah saya, kalau saya setuju maka dia juga menuruti perintah saya. Ya pada akhirnya aku mempersilahkan Irwan mendekati istriku di ranjang yang cukup lebar dan luas ini.

 

Jantungku berdebar-debar melihat istriku yang kelihatnnya tampak tegang setelah disentuh oleh tangannya Irwan. Aku melihat Irwan sosok pria yang lembut, dia tidak langsung menyambar istriku dengan sentuhan-sentuhan yang mengarah pada bagian sensitifnya. Awalnya Irwan memeluk istriku yang duduk tersipu malu menghadap sebuah cermin yang terpampang di depannya. Irwan memeluk kepala istriku dengan lembut meskipun aku lihat istriku sangat kaku sekali. Aku hanya duduk di samping kanan ranjang itu, memang agak jauh karena kamar hotelnnya juga cukup besar bagi ukuran untuk 3 orang. Kelihatannya aku lihat Irwan cukup sabar memeluk istriku, sambil mencunbu istrku, dia tidak sungkan-sungkan mengucapkan kata-kata yang entah aku juga tidak mendengarnya. Berkali-kali pipinya dicium oleh Irwan, tanpa canggung-canggung Irwan juga mencoba menciumi tangan, leher, hidung dan jidatnya. Istriku hanya diam saja, pdahal kalau aku main sex dengan istriku dia selalu rajin menciumi semua daerah kapalaku sampai air liurnya membasahi permukaan wajahku.
Kini Irwan mencoba mencium bibir istriku dengan lembut, kudengar dari kejauhan suara bercakan bibirnya yang saling beradu. Aku lihat istriku juga membalas ciumannya dengan sesekali menggerakan tangannya di bahu Irwan. Ketika beberapa saat ciuman, nampaknya Irwan sudah berani menggerayangi tubuh istriku, awalnya dari punggungnya sampai kini daerah payudaranya, tangan kirinya seperti sudah melekat di payudara kiri istriku. Dia mencoba meraba-raba sambil mencoba meremas-remas dengan lembut. Aku merasa sangat menggairahkan melihat adegan ini, apalagi ketika mereka berdua melakukan ciuman yang dahsyat, rasanya sudah beberapa kali mereka melakukannya. Tak lama kemudian Irwan melepaskan ciumannya dan kedua tangannya mengarah ke kedua buah payudara istriku, dua tangannya mencoba meremas-remas payudara istriku dengan berbagai macam variasi. Istriku hanya terlihat pasrah saja, kedua tangannya ada dibelakang pinggangnya untuk menahan serangan tubuhnya. Irwan sudah tak sabar untuk membuka kaos dikenakan istriku, dia menarik kedua tangan istriku ke atas dan membukakan kaosnya, yang selanjutnya membuka kancing bra. Ouwww.. rupanya payudara istriku sudah terpampang jelas tanpa sehelai benagpun di hadapan Irwan yang nampaknya sudah bersiap-siap melahap payudara istriku.

Kini istriku tidur terlentang mengikuti arahan Irwan, tanpa ragu lagi Irwan melahap payudaranya. Tak henti-hentinya mulutnya menjilat-jilat putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Istriku hanya bisa memegang kepala Irwan dengan menahan kenikmatannya. Desahan-desahan kecil mulai terkuak dari mulutnya, ya memang istriku paling suka dijilati payudaranya, itu merupakan rangsangan yang hebat sebelum melakukan ml. ketika payudaranya terus dihisap, dijilat dan diremas-remas oleh Irwan matanya mulai melihat kea rah ku, aku nggak tau apa yang ingin dia katakan, pastinya dia saat ini mersakan rangsangan yang hebat.

Cukup lama irwan menguasai peyudara istriku, akhirnya kini irwan membuka rok istriku dengan cepat, lalu tanpa ragu lagi dia membuka celana dalam istriku. Ouww pengalaman yang sangat menraik ketika seluruh tubuh istriku terpampang jelas tanpa sehelai benangpun di hadapan Irwan. Hatiku berdebar-debar menantikan apa reaksi irwan selanjutnya. Opsss nampaknya irwan membuka lebar-lebar paha istriku, dan .benar-benar aku tidak menyangka dia mulai menjilati vagina istriku yang nampaknya sudah basah karena rangangan yang begitu hebat. Belum lama irwan menjilati vagina istriku, kini istriku mendesah hebat, kedua tangannya mulai mengepaal keras. Kepalanya mulai bergerak tak karuan, kulihat matanyapun sudah tak mampu melihat kejadian ini. Tetapi meskipun begit, istriku masih saja menyebut-nyebut namaku ketika mendesah hebat. Aku senang rupanya istriku bisa merasakan apa yang dia inginkan, ini adalah bukti rasa cintaku padanya. Kini aku melihat wajah irwan benar-benar tenggelam di kedua belah selangkangan istriku, karena paha istriku terus mengggelinjang tanpa arah mejepit kepala irwan yang sedang isbuk menghisap vaginanya.


Setelah permainan ini, irwan bangun dari ranjangnya, lalu dia membuka semua pakainannya sampai dia benar-benar telanjang di hadapan istriku. Ku lihat penisnya cukup besar, meskipun tak jauh ukurannya dibandingkan dengan penisku. Rupanya Irwan sudah tidak sabar ingin memasukkan penisnya kedalam vaginanya. Dalam kondisi yang agak lemas, istriku menwarkan untuk menghisap penisnya, tetapi Irwan menolaknya entah alasannya apa.. Irwan kini sudah berada di depan kedua selangkangan istriku, nampak istriku hanya berposisi terlentang menghadap irwan yang sedang duduk sambil memoles-moles penisnya. Baru saja Irwan merenggangkan selangkangan istriku dan ingin memasukkan penisnya. Istriku langsung memanggilku untuk menghampirinya. Langsung saja aku menghampiri istriku itu walaupun entah apa yang dia inginkan. Kini aku duduk di sebelah kepala istriku dan aku bertanya kepada istriku kenapa sayang? , lalu istriku menjawab maafkan aku ya sayang, tapi aku tetap cinta dan sayang sama papah, aku ingin papah mengusap-usap kepalaku ketika aku dijamah mas irwan, mau khan? . Aku hanya mengangguk-nganggukan kepalaku dan mencium keningnya. Setelah itu aku mempesilahkan irwan memasukan penisnya kedalam vagina istriku.

Tak lama kemudian Irwan mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina istriku, sulit juga isrwan memasukkan penisnya kedalam vagina istriku. Akhirnya istriku mencoba membantu dengan tangannya untuk memasukan penisnya. Kini penisnya sudah masuk kedalam vaginanya, sudah kutebak irwan mencoba menggerakkan pantatnya dengan dorongan yang cukup pelan. Memang ini adalah strategi ml yang konvensional yang sudah biasa aku lakukan sehari-hari dengan istriku. Tetapi nampaknya istriku begitu sangat menikmati permainan ini, kulihat dia memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang ada pada tubuhnya. Kaki istriku tepat ada di punggung irwan dengan vagina yang sudah terbuka lebar di hadapannya. Sesekali aki melihat penisnya begitu gagah keluar-masuk ke dalam vagina istriku. papahhh sshhhhh oouwwwwww ppaaahhhhhhhhhhh , aku benar-benar terkejut mendengar rintihan istriku yang cukup keras itu, tidak biasanya istriku merintih sangat keras. Gerakan tubuhnya bergetar hebat tak beraturan, tak bosan-bosannya Irwan terus menancapkan penisnya ke liang vagina istriku, sambil meremas-remas payudara istriku. Aku hanya mengusap-usap kening istriku yang tampaknya benar-benar berada dalam kondisi orgasme. Disamping aku juga lihat Irwan menikmati permainan ini, dengan mengeluarkan desahan halus yang keluar dari mulutnya.

Hampir 15 menit berlalu irwan belum juga lelah terus mendorong pantatnya ke dalam vagina istriku, aku lihat penisnya begitu kekar masuk kedalam liang kemaluan istriku. Padahal keduanya sudah dibasahi keringat disekujur tubuhnya, walaupun hotel ini menggunakan AC yang sangat dingin. Semakin lama istriku mencoba bangkit dari tidurnya dan memeluk irwan lalu menciumi bibirnya. Owwwww ini adalah making love yang sangat romantis yang pernah aku lihat seumur hidupku. Istriku kini ada di atas pangkuan irwan yang secara bergantian menggoyang-goyangkan pantatnya. Hampir setengah jam kemudian Irwan berisyarat bahwa dia ingin mengeluarkan sesuatu dari kemaluannya, cepat-cepat istriku bangun dari pangkuan irwan, ya benar saja tak lama kemudian irwan memuncratkan spermanya di atas selimut ranjang hotel ini. Lalu istriku mencoba membantu mengocok-ngocok penisnya agar spermanya bisa keluar sebanyak mungkin.

Rupanya permainan ini sudah selesai, aku bantu istriku mengambilkan tissue untuk mengelap sperma yang masih menempel di tangannya. Irwan bergegas ke toilet untuk bersih-bersih. Terlihat senyuman hangat terpancar di wajah istriku, aku cukup bahagia istrku bisa menikmati kepuasan sexualnya meskipun bukan denganku. Aku coba membantu membersihkan cairan yang ada di lobang vaginanya dengan tissue ini. Lalu tak lama kemudian istriku meninggalkanku untuk ke toilet.

Evi dan Jamilah

Cerita ini mempunyai tokoh utama bernama Evi, suaminya adalah seorang nahkoda pada perusahaan cargo asing. Mereka belum mempunyai anak, padahal usia perkawinan mereka sudah hampir 4 tahun dan menurut dokter mereka berdua sehat. Evi berusia 25 tahun, berkulit putih bersih, dengan tinggi 172 cm dan berat 50 kg, payudaranya berukuran 36 B. Dulu ia merupakan kembang desa di kampungku. Dia dan suami dari Sumatera Barat. Setelah menikah suaminya mengajak merantau ke Jakarta, untuk karirnya dan supaya Evi mengenal kota besar katanya. Suaminya telah membeli sebuah rumah di Jakarta. Rumahnya terlalu besar menurutku untuk mereka tinggali berdua saja. Jadilah Evi seorang diri berbenah di rumah, waktu ia di kampung suka mengerjakan pekerjaan rumah sendiri sehingga ketika suaminya menawarkan untuk mencari pembantu ia menolaknya. Lama kelamaan Evi suka kesepian kalau di rumah terus, soalnya suaminya kalau bertugas paling cepat 2 bulan baru kembali. Akhirnya Evi mengikuti pengajian dilingkungan sekitar rumahnya untuk menghilangkan kebosanan menunggu rumah. Oh ya..sejak menikah Evi mengubah penampilannya, sekarang ia menggunakan jilbab dalam berpakaian sehari-hari. Kelompok pengajiannya diikuti lebih kurang 22 orang. Mayoritas dari mereka mengenakan jilbab sehari-harinya.


Di dalam kelompok pengajian Evi akrab dengan Jamilah, anak dari guru mengajinya yang tinggal 1 blok dari rumahnya. Evi dan Jamilah memang seusia, Jamilah berusia 25 tahun dan belum menikah. Penampilan Jamilah menuruni dari ayah dan ibunya yang keturunan Arab, wajahnya jelas sekali menunjukkan ia keturunan Arab, kulitnya putih bersih, tingginya sekitar 175 cm dan beratnya 55 kg, Evi suka mereka-reka ukuran payudara Jamilah yang kayaknya lebih besar dari punyanya. Jamilah sangatlah modis dalam berpenampilan, Evi suka memintanya mengajari dalam cara berpakaian. Jamilah juga mengenakan jilbab seperti Evi, tapi ia selalu berpakaian modis dan trendy bahkan sesekali jubahnya agak ketat dan dipadukan dengan celana jeans, kadang-kadang Evi bingung dengan caranya berpakaian walaupun tertutup rapat tapi terlalu ketat menurutnya. Sedangkan Evi lebih suka berbaju kurung saja dan berjilbab tertentunya. Jamilah mengajar TPA yang berjarak 2 rumah dari rumah Evi. Evi suka memuji kecantikan Jamilah yang makin terlihat bila ditambah dengan dandanan yang modis dan trendy, ia hanya tersipu-sipu saja bila mendengar pujian Evi tersebut, saat ia lewat di depan rumah ketika berangkat dan pulang mengajar. Jamilah juga suka mampir ke rumah Evi bila pulang mengajar yang hanya sampai jam 11, biasanya ia menemaninya membereskan rumah sambil ngobrol sesana kemari.

 

Suatu saat Jamilah mampir ke rumah Evi setelah selesai mengajar, ia mengenakan jilbab berwarna putih, berbaju muslim dan celana kulot berwarna coklat muda, ketika itu Evi seperti biasa mengenakan jilbab berwarna putih dan baju kurung berwarna pink. Mereka pun kemudian asyik dalam obrolan, suatu ketika Evi memperhatikan jari-jari tangan dan kaki Jamilah yang sepertinya dilukis.

‘Aduh Mila, jari-jari kamu iniiii. Indah sekali sihhh…’, sambil meraih tangannya dibawa ke pangkuan Evi.

Jamilah hanya tersenyum saja sambil mengamati Evi. ‘Oh, lembut sekali…tanganmu Mil..’ sambil memasukkan jari-jarinya di antara jari-jari tangan Jamilah. Kemudian Evi sedikit memilin-milin jari-jari tersebut. Entah kenapa sepertinya Jamilah menikmati pilinan jari Evi pada jarinya. Jamilah menarik nafas panjang kemudian menghembuskan dengan cepat, mengeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang tegang lehernya, jilbabnya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan kepalanya.

‘Kamu kenapa Mil?’ tanya Evi keheranan.
‘Eh, ngak kok cuman leher agak pegel-pegel aja’ jawab Jamilah agak gugup.

‘Oo..’ balasnya. Tapi pengalaman dan naluri kewanitaan Evi yang berpengalaman tahu bahwa itu adalah tanda-tanda wanita yang sedang terangsang. Timbul pikiran kotor untuk mengerjai Jamilah, apa benar ia terangsang hanya oleh remasan jariku pada tangannya. Soalnya bila sedang sendirian kadang-kadang Evi juga menghayalkan sedang bersetubuh dengan suaminya apalagi bila libidonya sedang tinggi, ia suka jadi pusing-pusing bila menahan nafsunya itu, bila tak kuat menahannya badan terasa panas dan ia suka ke kamar mandi dan menyirami tubuhnya yang masih berpakaian lengkap, jilbab dan pakaiannya dibiarkan basah sambil berusaha mengatur nafasnya yang akan terengah-engah, kemudian ia akan meraba-raba tubuhnya yang masih mengenakan jilbab dan pakaian lengkap itu terutama daerah payudara dan kemaluan sambil membayangkan disetubuhi oleh suamiku, ritual itu baru berakhir bila ia sudah mencapai orgasme, pertama-tama ia malu pada dirinya sendiri, tapi lama kelamaan menikmatinya, memang aneh sejak menikah ia jadi ketagihan untuk digauli oleh suaminya, suatu hal yang tidak pernah dipikirkan ketika belum menikah. Tapi apakah Jamilah yang masih single juga suka membayangkan hal-hal seperti itu, apalagi ilmu agamanya lebih dalam dari Evi.

‘Kita pindah ke kamar yuk, biar sekalian aku pijitin kepalamu Mil’ kata Evi sambil menghentikan remasan jarinya pada tangan Jamilah. Evi pun segera berdiri sambil merapikan jilbab dan bajunya lalu berjalan ke dalam kamar tidur. Ia dapat melihat wajah Jamilah seperti menunjukkan kekecewaan ketika Evi menghentikan remasan pada tangannya. Ia pun segera berdiri dan merapikan jilbabnya dan mengikuti Evi ke dalam kamar.

‘Ayo tiduran biar enak dipijatnya’ kata Evi sambil duduk di pinggir tempat tidur.
‘Gak usah Vi, ntar juga hilang sendiri’ jawabnya sambil duduk di bangku meja rias dan melihat-lihat peralatan rias.

Evi kemudian berdiri dan berjalan mendekati Jamilah, kemudian memijit-mijit pundaknya. Entah setan apa yang tiba-tiba merasuki dirinya, Evi ingin sekali menggoda melihat Jamilah bila sedang dalam keadaan terangsang, apakah seperti yang ia pernah rasakan apa lain. Jamilah diam saja ketika Evi mengangkat sedikit jilbab bagian belakang dan menariknya ke arah depannya, sehingga Evi dapat melihat leher bagian belakang Jamilah. Ia membiarkan Evi memijit-mijit lehernya, lehernya memang terasa kaku, tapi yang membuat Evi penasaran nafas Jamilah makin lama makin cepat. Sebenarnya Jamilah merasakan perasaan yang aneh ketika tangannya diremas-remas oleh Evi di ruang tamu, pikirannya tiba-tiba merasa melayang dan ada rasa yang belum pernah ia rasakan yang sepertinya meledak-ledak ingin keluar dari dalam dirinya tetapi ia berusaha menahannya sehingga tanpa sadar nafasnya menjadi terengah-engah dan hal itu kembali dirasakannya ketika tangan Evi memijit-mijit pundaknya. Tanpa sadar tangan kanan Jamilah meremas-remas payudara kirinya dari luar pakaiannya, sementara tangan kirinnya menekan-nekan bagian vaginanya yang terasa berdenyut-denyut dari luar celananya.


Evi yang melihat aktifitas tangan Jamilah dari kaca riasnya tersenyum, rupanya sama saja kalo wanita sedang terangsang, tak beda antara orang alim dengan orang biasa. Evi pun menurunkan pijatannya pada lengan Jamilah, lalu tangan kanannya mulai meraba-raba payudara kanan Jamilah yang masih tertutup pakaian dari belakang. Wajah Jamilah yang terlihat relax menjadi bertambah ceria ketika merasakan remasan pada payudara kanannya, ia mendengar bisikan Evi yang lembut pada telinganya yang tertutup jilbab ‘Biar aku puasin kamu Mil’. Suasana hening beberapa detik, keduanya saling tatap sebelum tiba-tiba Evi memagut bibir Jamilah yang mengadah ke depan itu. Jamilah tersentak kaget, dia melepaskan ciuman itu dan melotot memandangi Evi.

“Vi…kamu…mmmhh!” sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya Evi sudah kembali menciumnya.

Jamilah sempat berontak dengan menarik jilbab Evi agar kepalanya menjauh selama beberapa saat namun ciuman dan belain Evi pada daerah sensitifnya membuat gairahnya naik, baru kali ini dia merasakan dan melakukannya apalagi dengan sesama jenis, dirasakannya kenikmatan yang berbeda yang menggodanya untuk meneruskan lebih jauh. Rangsangan dari dalam dirinya dan menyebabkan Jamilah pun akhirnya menyambut ciuman rekan pengajiannya itu. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Evi meremas lembut payudara Jamilah dari luar, Jamilah sendiri sudah mulai berani mengelus punggung Evi, tangan satunya mengelus pantatnya yang masih mengenakan baju kurung. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima menit, dan ciuman Evi pun mulai menjilati belakang lehernya.

“Sshhh…kurang ajar juga kamu Vi !” desisnya dengan nafas memburu.

Evi terus menciumi leher Jamilah sambil kedua tangannya membuka resleting di belakang baju muslim Jamilah dan mulai memelorotinya sehingga bra putih di baliknya terlihat, dia turunkan juga cup bra itu hingga terlihatlah sepasang gunung kembarnya yang membusung kencang. Jari-jari lentik Evi mengusapinya dengan lembut sehingga Jamilah pun hanyut dalam kenikmatan.


“Gimana Mil, asyik kan ? Kamu jadi tambah cantik kalau lagi horny gitu loh” Evi tersenyum nakal sambil memilin-milin kedua puting Jamilah.

“Mmhh…eengghh…udah dong Vi, sshh…ntar ada yang tau !” desah Jamilah merasakan kedua putingnya makin lama makin mengeras. Sambil menarik-narik jilbab Evi agar menjauh darinya

“Tenang, disini aman kok, ini kan rumahku, kita have fun sebentar yah !” jawab Evi Kemudian. Evi mencumbui payudara Jamilah, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu, saat itu Evi mengetahui ukuran payudara Jamilah adalah 38 B dari bra yang berhasil ia lepaskan. Wajah Jamilah yang berjilbab hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Evi sudah mulai memcoba menurunkan celana kulot Jamilah dan Jamilah pun mengangkat sedikit pantatnya agar Evi dapat dengan mudah menurunkan celana kulotnya hingga sebatas lutut dan Evi mulai merabai pahanya yang putih mulus itu.

“Hhhssshh…eeemmmhh !” Jamilah mendesis lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Evi menyentuh kemaluannya dari luar celana dalamnya.
Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan tergelitik saat jari Evi menyusup lewat pinggir celana dalamnya dan menyentuh bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu.


Pada saat itulah. Birahi Jamilah tiba-tiba meledak, ciuman lembut itu, jilatan-jilatan halus itu, remasan dan cubitan halus itu, ohhh tak mampu ia tahan lagi. Jamilah menjadi sangat bernafsu. Diraih tubuh Evi dan dirapatkan ke tubuhnya, mendorongnya ke atas tempat tidur, menindih tubuhnya…, dan untuk pertama kalinya baginya…, sama-sama perempuan… mereka saling berpagut… mereka saling melumat bibir-bibir dan lidah-lidahnya. Jilbab mereka menjadi agak acak-acakan tetapi masih menempel pada kepala masing-masing. Kami langsung berguling di tempat tidur, dengan sangat agresif Jamilah merangsek Evi, ia mengangkat kain jilbab depan Evi dan lidahnya merambat ke leher Evi, kemudian kedua tangannya meremas-remas payudara Evi dari luar pakaiannya. Evi pun membuka baju kurungnya dan melepaskan bra serta celana dalamnya, hanya tinggal jilbab yang dikenakannya. Jamilah pun melakukan hal yang sama, ia membuka baju dan celana kulotnya kemudian melepaskan branya yang sudah merolot dan terakhir celana dalamnya. Jamilah mendekatkan wajahnya merangsek ke dada Evi…, lidahnya menari-nari dan bibirnya menggigit-gigit kecil kemudian menyedot puting-puting payudara Evi. Woooww…, birahi Evi pun semakin membara terbakarrrrrr…

‘Mil…, kamu pernah beginiiiii… Mil???’.
‘Ooohhh.. hhheehh.. hhullppp…’, dia merintih dan terus meracau…

Evi sendiri tidak mampu lagi berfikir jernih, dielus-elus kepala Jamilah, jilbabnya yang tergerai agak susah lepas karena ada peniti di lehernya. Evi meraih jilbabnya mengikatkannya ke belakang lehernya, ia melakukan hal yang sama pada jilbab Jamilah yang sedang mengusel-usel payudara Evi yang sangat merangsang kenikmatan birahinya tidak menganggu… Evi menyaksikan kepala Jamilah seperti bergeleng dan bergeleng histeris, sepertinya ingin menekankan lebih dalam kulumannya pada payudara Evi yang ranum ini… Aiiiihhh…, binalnya kamu Milaaa…Evi menikmatinya dalam kepasrahan. Ia tak ingin menggangu badai nafsu birahi yang sedang melanda Jamilah… dibiarkan saat-saat tangan Jamilah mulai menyibak rambut kemaluannya. Disingsingkannya rambut tersebut, tangannya menjamah kemaluan Evi dan mengelusnya. Uh, halusnyaaa… Evi menggelinjang hebat, dan mulai mengeluarkan desahan yang tak lagi dapat ditahan-tahan. Kegelian dari permukaan vaginanya menjalar ke seluruh tubuhnya. Evi menggeliat-geliat. Jamilah semakin bersemangat. Tangannya berkali-kali mengibaskan jilbabnya agar tidak menghalangi pandangannya jari-jarinya mengelus bibir vagina Evi.


Dengan bibir yang terus melumat payudara Evi serta menggigit puting susunya, jari-jari Jamilah mempermainkan kelentitnya. Uhhh, rasanya Evi tenggelam dalam samudra kenikmatan yang tak terhingga… Geliat-geliat tubuhnya menggila disertai dengan rintihan yang disebabkan tak mampunya menerima kenikmatan yang datang melanda bak topan di lautan. Evi menjambak jilbab Jamilah hingga menjadi awut-awutan. Dan Jamilah pun semakin kesetanan. Jari-jarinya berusaha menembus lubang vagina Evi. Evi merasakan kegatalan sekaligus kenikmatan yang dahsyat. Bibir lubang vaginanya mengencang…, ingin ditembus tetapi malah merapatkan pintunya. Sungguh suatu ironi yang sangat. Kemudian Jamilah melepas kulumannya di payudara Evi. Tangannya membuka dan langsung menyorongkan payudaranya ke muka Evi.

“Vi, tolong yah…saya gak tahan !” pintanya sambil dua jarinya keluar masuk vaginanya.
Dorongan birahi yang tinggi menyebabkan Evi mendekatkan wajahnya ke payudara Jamilah, lidahnya pun menyentuh puting susu Jamilah yang merah merekah itu sehingga pemiliknya mendesah.

“Sshhh…uuummm….aaahhh !” desah Jamilah menikmati jilatan Evi pada payudaranya “Emmhh…yahh…disitu, terusin…aaahh !” desisnya lagi ketika Evi mengigit-gigit puting susunya.

Kini Evi dalam posisi merangkak di atas tubuh Jamilah yang telentang. Payudara keduanya bertemu dan saling menghimpit, keduanya berpelukan dan berciuman dengan sangat liar. Tak lama kemudian gelombang orgasme melanda keduanya, daerah selangkangan mereka semakin basah karenanya. Sesuatu yang hangat terasa di dalam kemaluan mereka, ya, cairan vagina.

Evi menyaksikan kepuasan tak terhingga pada Jamilah. Nafasnya tersengal-sengal. Akhirnya mereka berdua berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung dengan halus. Evi menambahi dengan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Jamilah. Jamilah mengikutinya dengan juga memasukkan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Evi. Bibir mereka melepaskan ciuman dan keluarlah suara.. “Aaahhh… aaahhh… aaahhh…” Demikianlah keduanya mencapai puncak orgasme setelah memainkan lobang pantat masing-masing. Akhirnya mereka meraih orgasme…, mereka tidak tahu lagi bagaimana menahannya…, keduanya berguling saat orgasme itu datang…, kenikmatan dahsyat yang menimpa mereka membuat lupa diri…, berteriak histeris, meracau histeris… Caci maki dan umpatan kata-kata kotor penuh birahi keluar dari mulut mereka… Belakangan Evi mentertawakan Jamilah, dia bilang kamu yang cantik, ayu dan lembut serta alim ini bisa juga mengeluarkan kata-kata hina, seronok kasar dan kotor seperti itu… Evi membayangkan betapa kenikmatan telah melanda Jamilah hingga kata-kata yang sedemikian kotor itu begitu saja meluncur dari mulut cantiknya…

Itulah awal Evi dan Jamilah mengenal dunia lesbian. Sejak itu Evi dan Jamilah sering bercumbu. Saat suami Evi berangkat kerja, tak jarang permainan dilangsungkan di rumahnya atau di rumah Jamilah. Lama kelamaan mereka semakin banyak melihat perempuan yang cantik. Sesekali mereka, Evi dan Jamilah sepakat untuk mencari partner yang ke-3. Mereka ingin bercumbu bertiga. Dengan siapaaa yaaa…??? Kapaann yaaa…??? Jilbab dan baju muslim yang mereka kenakan tak menghalangi mereka untuk meneguk kenikmatan birahi yang mereka rasakan, bahkan Jamilah yang alim ternyata mempunyai kepribadian yang sangat mencengangkan. Mereka berdua sepakat menutup rapat kisah percintaan mereka di balik jilbab mereka.

Ummu Aisyah

Ummu Afra adalah seorang akhwat keturunan Padang, usianya 24 tahun, baru setahun menikah dengan Mahmud dan baru dikaruniai seorang anak. Nama aslinya Rizka Anggraeni, lulusan Universitas Negeri Jakarta jurusan Biologi. Orang tuanya adalah pengusaha kelapa sawit ternama di Pekanbaru, sehingga soal ekonomi, Ummu Afra tak pernah ada kekhawatiran. Ia adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Adik-adiknya semua perempuan, dan yang paling kecil masih duduk di Madrasah Aliyah.

Mahmud Abdillah adalah seorang lulusan Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Usianya 3 tahun lebih tua daripada Ummu Afra. Sehari-hari ia biasa dipanggil Abu Afra, karena putri pertamanya bernama Afra Rizkyarti. Ia saat ini bekerja di perusahaan konsultan IT ternama. Ia aktif di DPD PARTAI  Jakarta Selatan, dan sering mengikuti aktivitas-aktivitas sosial di sekitar lingkungan rumahnya.

Sebagai salah seorang kader PARTAI , Mahmud rutin mengikuti liqo’ di Masjid yang berada dekat dengan rumahnya. Murabbinya adalah seorang tokoh penting di DPD PARTAI  Jakarta Selatan, Nurdin Rahmatullah namanya. Berusia 30 tahun, lulusan Perbanas Jakarta dan sekarang bekerja sebagai seorang Manager di sebuah Bank Swasta ternama. Orangnya sedikit gemuk, kulitnya putih bersih, dan suaranya penuh wibawa. Mahmud pun bingung bagaimana bisa istrinya punya prasangka buruk kepada murabbinya itu.

Seperti kejadian hari ini, diawali dengan kunjungan Nurdin ke rumah Mahmud, di daerah Pejompongan, untuk membawa sedikit oleh-oleh. Kebetulan Nurdin memang baru pulang dari kampung halamannya di Yogyakarta, dan ia kemarin menelepon Mahmud dan mengatakan bahwa ia akan mampir ke rumah untuk membawakan oleh-oleh. Mahmud sebenarnya sudah menawarkan diri untuk mengambil sendiri oleh-oleh tersebut ke rumah Nurdin, tapi Nurdin menolak dengan alasan ia ada acara lagi hari ini dan kebetulan letaknya searah dengan rumah Mahmud. Mahmud pun mengiyakan karena ia memang capek juga setalah lembur semalaman dan sedikit malas ke rumah Nurdin yang cukup jauh.

Sekitar jam 10 pagi, Nurdin pun sampai di rumah Mahmud dengan mobil CRV nya. Baru saja turun dari mobil, Mahmud ternyata telah menyambutnya di depan rumah.
“Assalamualaykum Akhi … Kayfa haluk, Apa kabar?” ujar Mahmud membuka percakapan.
“Alhamdulillah bi khair akhi, baik-baik saja. Antum baik-baik juga kan?” Kedua ikhwan tersebut pun saling berpelukan melepas rindu karena memang sudah sekitar 2 minggu tidak bertemu.
“Alhamdulillah … bagaimana neh yang dari Jogja, hee, pasti capek sekali ya. Ayo masuk akhi …”
“Baiklah.”

Mereka berdua pun masuk ke dalam ruang tamu sambil tak henti-hentinya berbincang-bincang mengenai berbagai macam hal. Mulai dari kondisi PARTAI , Munas yang akan berlangsung sebentar lagi, sampai cerita perjalanan Nurdin ke Jogja. Setelah mempersilahkan duduk, Mahmud pun memanggil istrinya untuk menyajikan sesuatu untuk tamunya itu.
“Ummi … buatkan minum yaa. Mas Nurdin sudah datang neh.”
“Iya abii …” terdengar suara dari balik gorden hijau yang membatasi ruang tamu tersebut dengan ruang keluarga di baliknya.
“Terus, bagaimana di Jogja akhi, pasti senang yah di sana?”
“Pasti dunk Akh … Ana keliling mulai dari Candi Borobudur, Prambanan, sampai ke Parangtritis. Ini ana bawakan foto-fotonya …” ujar Nurdin sambil memberikan beberapa lembar foto hasil kemarin ia jalan-jalan di Jogja.

Baru melihat foto pertama, Mahmud sudah dibuat terkesiap. Bukan karena pemandangan foto itu yang demikian menarik, tapi lebih karena objek yang ada di foto tersebut. Di setiap foto pasti ada Ummu Aisyah, istri Nurdin. Nama aslinya Farah Ardiyanti Nisa, teman sekelasnya waktu SMA. Mereka pun sama-sama kuliah di UI, walau Ummu Aisyah lebih memilih Pendidikan Dokter. Kabar terakhir yang dia dengar dari Nurdin, sekarang Ummu Aisyah sudah mempunyai klinik sendiri di rumahnya.

Dalam hati kecilnya, Mahmud masih memendam sedikit rasa kepada Ummu Aisyah. Parasnya memang tidak secantik Ummu Afra, istrinya sekarang. Tapi setiap berdekatan dengan Ummu Aisyah, Mahmud selalu merasakan gelora yang begitu kuat, baik sejak SMA maupun setelah kuliah. Tapi bodohnya ia tak pernah mengatakannya sekalipun kepada Ummu Aisyah, hingga ia pun jatuh ke pelukan Nurdin, murabbinya sendiri.

Tanpa disadari Mahmud istrinya ternyata telah selesai menyiapkan minuman dan telah keluar ke ruang tamu untuk menyajikannya. Nurdin tersenyum manis ketika melihat Ummu Afra keluar. Wanita berpipi tembam dengan kacamata minus itu tampak begitu cantik di mata Nurdin. Ia pun tak bisa melepaskan tatapannya dari wajah Ummu Afra.

“Silahkan diminum tehnya Abi, Mas Nurdin” Mahmud baru tersadar bahwa istrinya telah ada di hadapannya. Dengan sedikit gelagapan ia pun mengembalikan foto-foto tersebut kepada Nurdin.
“Letakkan di situ saja Ummi …” jawab Mahmud sekenanya.
Pikirannya masih melayang memikirkan Ummu Aisyah, alias Farah Ardiyanti Nisa. Saking seriusnya, ia pun tak memperhatikan bagaimana Nurdin memandang istrinya. Ketika Ummu Afra menyajikan minuman sambil menunduk, Payudaranya yang berukuran 36B tampak begitu menjulang dan terlihat jelas walau ia telah mengenakan jilbab lebar dan jubah panjang khas seorang ummahat aktivis. Nurdin tampak memandang Ummu Afra begitu tajam, naik turun dari ujung kaki hingga ujung kepala, dan Ummu Afra benar-benar merasa risih dengan hal itu. Ketika ia merasa diperkosa dengan tatapan seperti itu, suaminya malah terlihat bagai orang linglung yang melamun membayangkan sesuatu yang tidak jelas. Ummu Afra pun memilih untuk langsung kembali ke belakang.

Sorenya, setelah Nurdin pulang, barulah Ummu Afra bercerita kepada suaminya, hingga mereka terlibat pertengkaran kecil karena Mahmud terus saja membela Nurdin. Sebenarnya karena ia memang tidak melihat jelas kejadian tersebut karena pada saat yang sama ia sedang memikirkan Ummu Aisyah, istri Nurdin.

(Pagi keesokan harinya …)
Mahmud sedang mengendarai motornya menuju ke kantornya pagi itu, ketika tiba-tiba sebuah mobil pick-up pengangkut pasir melaju sangat kencang dari belakang dan hampir menabrak motor bebeknya yang sudah cukup tua itu. Beruntung Mahmud masih sempat menghindar ke kiri sehingga tabrakan hebat bisa dihindarkan. Tapi sedikit senggolan dari mobil itu sudah cukup untuk membuat Mahmud kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke trotoar. Lengan sebelah kirinya pun lecet-lecet karenanya. As depan motornya ringsek sehingga tidak bisa dikendarai lagi, dan celakanya, jalan yang sedang ia lewati saat ini sangat sepi, sehingga ia tidak bisa meminta bantuan untuk membantu dirinya atau mengejar mobil yang menyerempat dirinya itu.

Ia pun mengangkat sendiri motornya yang ringsek itu. Ia tak bisa mengendarai motor itu dan memutuskan untuk berjalan walaupun dengan tertatih-tatih sambil menuntun motornya untuk mencari bengkel. Sekitar 15 menit dia berjalan, ia pun menemukan sebuah bengkel. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung memasukkan motornya ke situ dan meminta seorang montir untuk mengecek motornya yang ringsek.

Ketika sedang memandang sekeliling bengkel motor yang cukup besar itu, mata Mahmud berhenti dan langsung fokus ke sosok seorang wanita berjilbab ungu dengan jubah berwarna putih yang sedang melakukan pembayaran di kasir. Secara kebetulan, wanita itu pun memandang ke arahnya dan mendekatinya.

“Mahmud … ?” Ujar wanita itu ketika ia sudah cukup dekat dengan Mahmud.
“Farah … ?” jawab Mahmud dengan pertanyaan serupa.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru kemarin Mahmud membayangkan Ummu Aisyah, istri Nurdin, dan kini wanita yang menjadi idamannya sejak dulu itu kini berada tepat di hadapannya. Parasnya yang begitu manis dengan lesung pipit yang demikian menggoda masih tetap sama.
“Masya Allah, benar Mahmud yaa … Apa kabar antum, sejak lulus kan kita belum pernah ketemu lagi. Apa kabar?”
“Alhamdulillah baik-baik saja ukhti, ya beginilah ana, masih kayak dulu aja.”
“Ada apa ini koq tangan antum penuh darah?”
“Ohh ini, gak apa-apa koq. Cuma tadi keserempet mobil gitu … tuh motor ana jadi ringsek, gak bisa pergi ke kantor deh, hee”
“Duhh, jangan anggap remeh dunk akh, ke klinik ana dulu yukk … nanti takutnya infeksi. Klinik ana tepat di samping bengkel ini koq.”
“Nggak usah ukhti, nanti ngerepotin.”
“Ahh, tidak. Ini kan tugas ana sebagai dokter. Ayo ikut Ana …” ujar Ummu Aisyah memaksa.
Karena paksaan itu, Mahmud pun mengiyakan dan mengikuti Ummu Aisyah setelah menitipkan motornya ke montir yang menangani motornya. Benar kata Ummu Aisyah, kliniknya memang berada tepat di samping bengkel motor tersebut. Klinik itu seperti ruko tingkat dua. Ummu Aisyah pun mengajak Mahmud ke lantai 2, tempat ruang prakteknya berada. Tak terlihat seorang pun di klinik tersebut selain mereka berdua.

“Koq sepi ukhti?”
“Iya, asisten ana lagi pulang kampung, dan sebenarnya ana lagi gak praktek hari ini, Cuma kebetulan disuruh suami servis motor saja.
“Silahkan berbaring di tempat tidur, Akh” ujar Ummu Aisyah sambil memakai jas dokternya dan memakai masker.

Mahmud pun merebahkan dirinya dengan hati yang dag dig dug, kenapa? Karena sebentar lagi ia akan bersentuhan dengan Ummu Aisyah, wanita yang ia sukai sejak SMA, yang tubuh dan suaranya begitu menggodanya dan membangkitkan birahinya. Dari tempatnya berbaring, ia bisa melihat Ummu Aisyah yang sedang mengambil obat-obatan dari sebuah lemari kaca di pojok ruangan.

Ummahat dengan jas dokter berwarna putih itu memunggunginya, tubuhnya yang sintal tercetak jelas pada jas dokter tersebut. Pose ummahat berjilbab itu demikian menantang ketika ia sedikit berjinjit untuk mengambil alcohol di rak atas. Hal itu membuat roknya yang berwarna hitam sedikit terangkat sehingga betisnya yang berbalut kaos kaki berwarna krem terlihat dari belakang. Pinggulnya demikian seksi, demikian juga dengan bagian punggungnya yang tak tertutupi oleh jilbab panjang berwarna ungu yang dikenakannya karena jilbab itu dimasukkan ke dalam jas.

Ketika Ummu Aisyah berbalik ke arahnya, Mahmud pun memalingkan muka ke arah lain, walau ‘adik kecil’nya yang ada di bawah sudah terus berontak. Walau ia adalah seorang aktivis dan kader PARTAI , namun Mahmud tak bisa menyembunyikan bahwa ia juga mempunyai nafsu yang besar, apalagi kepada akhwat yang telah lama ia sukai itu.
“Tuh kan lukanya kotor … kalau tidak cepat ditangani bisa infeksi neh Akh,” ujar Ummu Aisyah memulai pemeriksaan. Ia membersihkan luka Mahmud dengan lap basah. Sayang ia tidak tahu bahwa pasiennya kini tidak lagi fokus kepada lukanya, tapi lebih kepada bayangan-bayangan indah tentang hubungan laki-laki dan wanita yang sedang berseliweran di kepalanya. Ia pandangi wajah Ummu Aisyah yang berhidung mancung itu lekat-lekat.

“Iya ukhti … tadi soalnya jatuh di trotoar gitu,” jawab Mahmud sekenanya, tangannya merasakan rabaan dan sentuhan Ummu Aisyah yang begitu lembut, membuat angan-angannya terus berkelana tanpa batas.

“Tahan sedikit yah sakitnya Akh … Ana tutup dulu lukanya,” dengan sigap Ummu Aisyah langsung menutup luka Mahmud dengan perban. Ia kembali merasakan telapak tangan Ummu Aisyah yang begitu halus di lengannya yang luka, ahh, tak dapat dibayangkan betapa terangsangnya ia saat ini.

“Nahh, sudah selesai, Akh”

Ketika Ummu Aisyah berjalan kembali ke meja kerjanya, Mahmud pun langsung berdiri dari tempat tidur dan mengikuti Istri Nurdin itu dari belakang. Begitu ia tepat berada di belakang ummahat tersebut, tiba-tiba Ummu Aisyah berbalik dan sedikit kaget melihat Mahmud telah berada di belakangnya.

“Errr … ini kartu nama Ana, kalau sewaktu-waktu antum bu … butuh bantuan,” ujar Ummu Aisyah sedikit tegang.

Mahmud pun mengambil kartu nama dari dompetnya dan memberikannya kepada Ummu Aisyah untuk saling bertukar kartu nama. Namun ketika kartu nama itu telah berpindah tangan, tangan Mahmud tiba-tiba menggenggam tangan Ummu Aisyah dengan erat. Ummu Aisyah yang kaget tidak melakukan apa-apa dan hanya bisa memandangi mata Mahmud dalam-dalam.

Tanpa sepengetahuan Mahmud, sebenarnya Ummu Aisyah juga memiliki ketertarikan kepada Mahmud sejak SMA. Namun sayang, semakin ia menunggu, semakin Mahmud menjauhinya. Hingga akhirnya Nurdin datang untuk melamarnya, dan tak ada yang bisa ia lakukan kecuali menerimanya, karena ia pun tak tahu saat itu Mahmud ada di mana. Kini memori-memori indah itu pun kembali, di saat mereka hanya berduaan di ruangan praktek ini.

Suasana begitu hening ketika jarak di antara kedua aktivis PARTAI  yang sudah memiliki keluarga masing-masing ini semakin dekat. Semakin dekat dan semakin dekat lagi hingga Mahmud bisa merasakan aroma parfum strawberry yang dipakai Ummu Aisyah, membuatnya semakin bergairah. Tangan Ummu Aisyah yang begitu halus telah larut dalam elusan-elusan Mahmud yang lembut dan menyejukkan.

Tanpa mereka rencanakan sebelumnya, bibir mereka berdua kini telah saling berhadapan dan Ummu Aisyah telah memejamkan matanya. Tak menunggu lama lagi, kedua insan yang berlainan jenis itu pun langsung terlibat sebuah percumbuan yang hangat dan erotis. Mereka yang pernah berhubungan sewaktu masa SMA dan kuliah itu kini terlibat percumbuan terlarang di ruangan praktik Ummu Aisyah alias dokter Farah.

Tanpa terasa, kini Ummu Aisyah telah bersandar di dinding ruang prakteknya yang dingin, bersama dengan Mahmud, teman SMA yang telah ia kagumi sejak dulu walau pada hakikatnya Mahmud bukanlah mahrom Ummu Aisyah. Mahmud pun tak menghiraukan lagi akal sehatnya yang mengatakan bahwa ia adalah seorang aktivis muslim yang telah beristri, dan Ummu Aisyah pun juga telah mempunyai suami. Tapi kapan lagi ia bisa memeluk tubuh seorang dokter muslimah yang begitu cantik, yang begitu ikhlas hanyut dalam dekapannya. 

Percumbuan mereka semakin lama pun semakin memanas, Mahmud sudah tidak malu-malu lagi untuk melumat bibir ummahat beranak satu yang tampaknya juga tengah hanyut dalam gelombang birahi itu. Tak lupa ia juga turut mengeluarkan lidahnya untuk diadu dengan lidah Ummu Aisyah sambil terus menjamah seluruh tubuh wanita cantik tersebut dengan tangannya, tanpa kecuali.

“Ahhh … Mahmudd, ini salah Akhi, Ohhh …” Ummu Aisyah berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Mahmud yang tampaknya sudah demikian bernafsu itu, ia menyadari bahwa ini adalah kesalahan. Dan ia pun tak habis pikir bagaimana bisa birahinya terpancing dengan begitu mudah.
“Sudahlah Ukhti, nikmati saja … tidak ada yang akan tahu apa yang kita lakukan di sini,” jawab Mahmud sambil terus menyodorkan bibirnya untuk diadu dengan bibir Ummu Aisyah yang kian memerah.

Setelah merasa puas dengan bibir ummahat berusia 27 tahun yang masih begitu seksi itu, Mahmud pun mencoba melepaskan jas putih yang dipakai Ummu Aisyah. Ternyata dengan mudah Mahmud mampu menanggalkannya dalam sekejap ke lantai, hingga kini ia langsung berhadapan dengan payudara yang telah demikian membusung milik seorang dokter muslimah yang sehari-harinya berperilaku sangat alim itu.

Ummu Aisyah pun seperti tak mau kalah, dengan cekatan jemarinya yang lentik itu melepaskan kancing demi kancing kemeja Mahmud hingga terlihatlah dada Mahmud yang bidang dan berbulu karena Mahmud memang tidak memakai kaos dalam lagi di balik kemejanya. Biasanya ia baru memakai kaos dalam begitu tiba di kantor. “Ahh … Mahmud, dadamu membuatku ….errr, terangsang …” paras Ummu Aisyah benar-benar memerah karena malu ketika mengatakan kata-kata binal tersebut dengan jelas.
Tanpa menunggu panjang, Mahmud langsung melancarkan serangan ke leher Ummu Aisyah yang masih berbalut jilbab panjang berwarna ungu tersebut. Sambil merangsang titik-titik sensitif Ummu Aisyah, Mahmud pun berusaha menelusupkan tangannya ke balik jilbab dan jubah yang dikenakan wanita alim tersebut. Sasarannya tak lain dan tak bukan adalah payudara milik sang akhwat yang sedari tadi begitu menantang Mahmud. Ukurannya sih tidak terlalu besar, masih kalah dengan milik Ummu Afra istrinya sendiri, namun bentuk payudara Ummu Aisyah lebih bagus dan putingnya begitu cantik, berwarna pink.

“Ahhh … Mahmuddd, ahhh …”

Desahan binal Ummu Aisyah terdengar makin keras seiring Mahmud lebih menekan payudaranya yang sudah tersingkap dari jubah putih yang menutupinya. Sebelah kiri dan kanan Mahmud bergantian memeras toket wanita yang telah lama menjadi pujaannya ini. Wanita alim, yang kini telah menjadi dokter, anak seorang Kyai ternama, dengan paras yang cantik dan tubuh yang begitu bahenol, sepertinya wajar kalau kini Mahmud begitu menggebu-gebu birahinya di hadapan wanita cantik nan alim itu.

“Ohh, desahan kamu binal sekali Ukhti, ohhh … aku begitu horny mendengarnya,”

Kata-kata cabul Mahmud bukannya menyadarkan Ummu Aisyah, tapi malah membuatnya makin merasa rendah dan semakin terangsang. Dengan sekali hentakan, Ummu Aisyah pun mendorong Mahmud hingga pria yang kemejanya kini telah tersampir di lantai itu terduduk di meja prakteknya. Tanpa diduga sama sekali oleh Mahmud, wanita berjilbab panjang yang berpenampilan begitu alim itu tiba-tiba berlutut di hadapannya dan langsung memelorotkan celana panjang Mahmud, lengkap dengan celana dalamnya yang berwarna biru. Kontol Mahmud yang berwarna kecoklatan dengan kulup berwarna merah itu pun teracung tegak di hadapan muslimah berjilbab panjang itu.

“Astaghfirullah, Anti mau apa?”

Tanpa menghiraukan kata-kata Mahmud, Ummu Aisyah yang telah dimabuk nafsu itu pun memasukkan kontol Mahmud yang demikian besar ke dalam mulutnya yang suci itu. Mahmud tak pernah sekali pun membayangkan akan di ‘blowjob’ oleh wanita sealim Ummu Aisyah ini. Apalagi dengan statusnya sebagai suami orang dan Ummu Aisyah juga adalah istri orang lain. Perzinahan yang sangat diharamkan ini terasa begitu nikmat bagi Mahmud. Ummu Aisyah tampak mengerti sekali bagaimana caranya memuaskan seorang lelaki, berbeda dengan istrinya yang tak mengerti variasi-variasi posisi dalam bersenggama atau berhubungan seks. Entah dari mana Ummu Aisyah mengetahui hal ini.

Sambil sesekali memandangi wajah Mahmud, Ummu Aisyah tampak begitu menikmati mengulum kontol Mahmud yang begitu panjang itu. Ia memaju mundurkan kepalanya hingga membuat Mahmud merasa seperti sedang mengentoti mulut wanita alim tersebut. Di dalam mulutnya, kepala kontol Mahmud pun menikmati pelayanan yang luar biasa dengan jilatan-jilatan lidah Ummu Aisyah yang melingkari lubang kencingnya dengan lembut … dan basah.

“Ahhh, bibir Anti begitu nikmat … Ana tak tahan ingin merasakan juga lubang Anti yang lain, akkhh …” ujar Mahmud sambil mengelus-elus kepala Ummu Aisyah yang berselimutkan jilbab lebar berwarna ungu. Ummu Aisyah pun semakin bersemangat karenanya. Ia terkadang menyelingi kulumannya yang demikian istimewa kepada kontol Mahmud itu dengan kocokan yang tak kalah erotisnya.

Mahmud yang tak ingin kalah perang duluan pun langsung menarik Ummu Aisyah ke atas dan menggendong ummahat beranak satu itu ke arah tempat tidur praktek. Tubuhnya yang tidak begitu berat pun bukan masalah bagi pria sekekar Mahmud. Setelah membaringkannya di tempat tidur yang sesaat lalu ditempatinya itu, Mahmud pun langsung mengangkangi Ummu Aisyah dan melepaskan celana panjang dan celana dalamnya hingga ia benar-benar telah tanpa busana. Ummu Aisyah pun tampak sedikit terperanjat, betapa seksinya tubuh pria yang diidamkannya sejak SMA itu. Dadanya bidang dan berbulu, dengan dagu berlapis jenggot tipis, bulu kemaluan yang lebat, Ahhh … benar-benar membuat jiwa muda Ummu Aisyah kembali lagi.

“Mpphhh … Hmmffff …” Mahmud langsung menindih tubuh seksi ummahat manis tersebut dan menciumi bibirnya yang begitu indah. Kali ini tangannya begitu cekatan bekerja. Mulai dari memelorotkan rok dan celana dalam wanita muslimah tersebut, hingga membuka jubah yang dipakai Ummu Aisyah di bagian depan. Kini tubuh Ummu Aisyah, seorang ibu beranak satu, dokter yang cerdas, aktivis PARTAI  yang istiqomah, sedang dikangkangi oleh rekannya sesama aktivis PARTAI  yang telah berstatus suami orang itu dengan tubuh yang telah bugil tanpa sehelai benangpun menutupi, walau masih berbalut jilbab yang hanya menutup beberapa bagian tubuh bagian atasnya dengan seadanya.

“Akkhhhh … Akhi, kamu begitu jantan, jauh berbeda dengan suamiku yang selalu tak sempurna dalam masalah seks,” ujar Ummu Aisyah sambil melekatkan kembali tubuhnya ke tubuh Mahmud yang sudah sedikit berkeringat itu. Dadanya terasa seperti digelitik oleh bulu-bulu dada Mahmud yang cukup lebat. Tampaklah pemandangan erotis di mana dua orang aktivis PARTAI  yang berlainan jenis kelamin itu sedang berpelukan dan bercumbu dengan panas di atas sebuah ranjang pemeriksaan sebuah klinik.

“Masa sih Ukhti? Bagaimana kalau begini,” Mahmud pun kembali merangsang Ummu Aisyah dengan mengelus-elus memek ummahat tersebut yang telah dibanjiri cairan cintanya dengan bau yang khas sambil sesekali memelintir itilnya yang sebesar kacang merah itu hingga empunya menggelinjang tak karuan, bagai betina yang haus akan sentuhan pejantan tangguh.

“AAAAAAAAAAAaaaRRRRRGGGGGHHHHHHHH ……….. nikmat sekali rasanya akhi, ana pengen antum masukkan penis antum yang besar itu sekarang, ohhh …” jawab Ummu Aisyah sambil meremas kontol Mahmud hingga empunya meringis-ringis penuh erotisme. Mahmud pun menambah gempurannya dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam liang senggama sang akhwat. Dan efeknya sungguh menakjubkan, Ummu Aisyah langsung menggelepar-gelepar seperti hewan yang baru saja disembelih, seperti haus akan sentuhan pria jantan.

“Baiklah, sekarang balikkan badanmu Ukhti …” yang diperintah pun seperti kerbau betina yang telah dicocok hidungnya. Ummu Aisyah pun membalikkan tubuhnya hingga berada di posisi menungging dengan Mahmud mengambil posisi di belakangnya. Toketnya yang berukuran 34 itu pun menggantung dengan seksi, membuat setiap pejantan normal yang melihatnya pasti terangsang hebat.
“Sudah neh Akhh … apa yang akan antum lakukan pada ana?”

Jilbabnya yang lebar menambahkan erotisme yang demikian unik pada hubungan mereka berdua. Mahmud pun merasakan hal itu. Ceceran keringat dari tubuh Ummu Aisyah yang berkulit putih itu pun membuat Mahmud menelan ludah. Ia pun langsung menjilati keringat di punggung sang akhwat. Ummu Aisyah pun tertawa-tawa binal “Ahhh, apa yang antum lakukan, akhh … enak sekali Akhh, geliii ….”

“Nikmati saja ukhti … sebentar lagi kita akan pergi ke surga dunia,” Mahmud pun langsung memposisikan kontolnya yang terus membesar itu di depan gerbang kemaluan Ummu Aisyah yang telah berkedut-kedut menahan birahi. Setelah menyampirkan jilbab lebar sang muslimah di lehernya, Mahmud pun mulai meraba-raba hingga meremas-remas toket indah Ummu Aisyah. Jilatan lidahnya pun makin naik ke atas hingga leher wanita terhormat yang cantik itu. Putting payudara sang akhwat pun tak luput dari pelintiran penuh birahi Mahmud. “Sudah siap ukhtii?”

“Ana siap kapanpun antum mau, Akh …” Kedua kader PARTAI  itu tampaknya sudah lupa daratan dan semakin liar dalam permainan seksis ini. Tanpa menunggu komando lebih lanjut lagi, Mahmud langsung mendorong penisnya dari belakang ke dalam memek Ummu Aisyah yang telah begitu licin itu. Ummu Aisyah merasakan sensasi yang begitu menakjubkan ketika dirinya disetubuhi dengan posisi seperti anjing betina sambil toketnya diremas-remas dengan irama yang senada dengan genjotan di memeknya, ohh, bagaikan sebuah irama music klasik yang indah. Ia pun tak mampu menahan erangan dan desahan terbinalnya,
“Ahhh … Ahhh … Mahmud, terus entotin ana Mahmud, ohh ohh ohh …”
“Iya ukhtii … kita akan nikmati hari ini berdua dengan perzinahan terbinal yang bisa kita lakukan, Ohhh …” Mahmud menambah kecepatan genjotannya di kemaluan suci Ummu Aisyah sambil berusaha mencari letak bibir wanita alim tersebut untuk dikulum dan dihisap isinya. Sementara itu kontolnya telah memenuhi isi memek Ummu Aisyah dan menyentuh ujungnya dengan lihai, dinding memek ummahat yang baru beranak satu itu terasa masih begitu rapat dan mencengkeram kontolnya begitu kencang.

“Ohhh … Ohh … ukhti, empotanmu, Ohhh … nikmat sekali, Ohhh …”
Ummu Aisyah merasakan kontol temannya sewaktu SMA ini begitu besar, jauh dari yang bisa dicapai suaminya sendiri, sehingga memenuhi seluruh ruang liang senggamanya yang begitu suci, sebelum kejadian hari ini tentunya. Remasan tangan Mahmud di kedua payudaranya pun telah membuat Ummu Aisyah benar-benar melayang, Mahmud telah benar-benar menghancurkan pertahanan birahinya dan menguasai titik-titik sensitifnya dalam berhubungan intim.

“Ayoo terus Ukhti … Ahhh Ahhh AHhh, puaskan ana seperti kau memuaskan suamimu sendiri, Ahhh …”
“Tidakkk Akhhh … Aku akan memuaskanmu lebih daripada aku memuaskan suamiku sendiri … Ohhhh …”
Mahmud pun merasakan gelombang birahi itu makin lama semakin dekat, hingga akhirnya ia tak bisa menahannya lebih lama lagi, “Ana mau sampai Ukhti, Ohhhhh …”
“Ana juga Akhii …. AAAaaaaaaaaahhhhhhhhhhh ……” Dan Akhirnya …

Crrrtttttttttt … orgasme Ummu Aisyah pun membanjiri tempat tidur di mana ia biasa menyuntik pasien itu, walau kini dirinyalah yang sedang “disuntik” oleh lelaki yang bukan suaminya sendiri.
Dan Crooottttt ……. Croooottttt …….. Mahmud pun mengalami orgasme yang hebat beberapa saat kemudian, meninggalkan mereka berdua dalam kelelahan erotis yang begitu nikmat. Tubuh mereka berdua pun ambruk di atas tempat tidur tersebut, dan Mahmud tidak mau melepaskan kontolnya dari liang senggama Ummu Aisyah yang demikian hangat. Mereka pun tertidur dalam posisi seperti itu, dan baru bangun ketika maghrib menjelang

Ini Alasan Mengapa Perlu Ada Ruang Dalam Hubungan Asmara

Arina Yulistara - wolipop   Dok. Thinkstock Jakarta   - Beberapa pasangan seperti tidak bisa hidup bila tak bertemu kekasihnya setiap h...