Rabu, 05 Maret 2014

Riska

Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya lurus indah sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.

Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

Biasanya, anak ABG yang mengikuti trend masa kini sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut dan ukuran rok yang ketat yang memperlihatkan lekuk body tubuh yang sekal menggairahkan. Namun Riska tidak. Dia adalah seorang muslimah yang taat. Seringnya ia bergaul dengan anak-anak ROHIS di sekolahnya membuat dia lebih menyukai untuk memakai jilbab panjang sepinggul yang longgar, dan baju lengan panjang serta rok panjang, walaupun, karena peraturan sekolah, roknya tidak bisa ia buat terlalu longgar,s ehingga bagaimanapun ia berusaha menyembunyikan pantatnya yang montok dan merekah indah, tetap saja terlihat samar menggairahkan dari balik rok abu-abu panjangnya.

Penampilannya yang santun ini tentu mencegah pikiran buruk para laki-laki yang berpapasan dengannya, walaupun penampilan gadis berjilbab itu tidak serta merta menghlangkan kecantikan alami yang ia miliki. Kecantikan alami itulah yang mengundang beberapa lelaki tetap saja meliriknya saat berpapasan. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik melintas di hadapannya. Dulu, ketika ia sudah tak mampu menahan libidonya, dia pernah menggagahi seorang wanita yang memakai jilbab lebar dan jubah longgar, dijalan ketika wanita itu pulang. Ternyata ia menikmati sensasi ketika memperkosanya. Bagaimana wanita berjilbab itu meronta-ronta saat diperkosa, namun juga menikmatinya. Bagaimana ia bisa membuat wanita berjilbab itu orgasme berkali-kali, sehingga pada peristiwa pemerkosaannya yang kedua dan ketiga, wanita berjilbab itu hanya pasrah dan malah dengan agak ditahan menikmati permainan kasar yang dilakukan Parjo.

Walaupun berjilbab, sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul, termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman gadis SMA berjilbab lebar itu yang masuk ke dalam gang.

Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantar gadis berjilbab itu dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik- rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska, gadis berjilbab yang sudah beberapa hari terakhir ini membuat libidonya memuncak. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.

“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska. Suaranya yang lembut terdengar pasrah di telinga Parno, membuat kontolnya mulai berdiri, embayangkan desahan-desahan yang keluar dari mulut gadis berjilbab itu saat ia menyetubuhinya. “Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.

Dengan pasrah Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.

“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya gadis alim itu. “Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.

Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi gelisah, wajahnya mulai terlihat was-was.

“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri gadis berjilbab yang montok itu yang masih duduk di dalam becak.

Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.

“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong. “Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan kontolnya yang telah mengeras dan membesar.

Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini. Ia selalu menjaga matanya dan langsung shock melihat benda itu tiba-tiba saja disodorkan didepannya.

“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta gadis berjilbab itu dengan wajah yang memucat.

Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang terbalut jilbab lebar dan seragam SMU. Pelan-pelan tangannya maju dan dengan tenang menyingkapkan rok panjang Riska, hingga keatas lutut. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis berjilbab itu. Jilbab lebarnya ia singkapkan dan disampirkan ke pundak, sehingga terlihat gundukan payudara gadis berjilbab itu yang montok, seolah minta diremas-remas.

“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, gadis berjilbab berwajah pasrah itu mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.

Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menggerayangi betisnya, lalu pelan-pelan naik ke pahanya yang sudah terbuka. Tangan gadis berjilbab itu secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah pahanya, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.

“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, gadis cantik berjilbab itu meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi- jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.

Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno semakin intens bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh gadis SMU berjilbab yang montok dan menggairahkan itu menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal pahanya, dan wajah Riska yang lembut dan seakan pasrah menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.

“eeehhhh..”, desahan Riska mulai menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang memeknya. Parno pun sadar bahwa gadis berjilbab itu melai terangsang akan perbuatannya

Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah gadis berjilbab itu yang nampak pasrah dengan desahan yang keluar dari mulutnya disertai tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.

“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan gadis berjilbab itu telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno. Tiba-tiba tubuh gadis berjilbab montok itu menegang. Dari mulutnya pekikan tertahan, “eehmmmmh……!!!” ternyata gadis itu sudah mendapat orgasmenya yang pertama kali dalam hidupnya. Sesuatu yang sangat nikmat ia rasakan, dan tubuhnya terlonka-lonjak untuk beberapa saat, mengalami kenikmatan yang sangat. Memeknya terasa geli, dan tubuhnya yang lemas mulai bersandar pasrah pada tubuh Parno, tukang becak yang membuatnya mendapatkan kenikmatan itu dengan paksaan.

Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis berjilbab itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir gadis berjilbab itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir gadis berjilbab yang sintal itu oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis SMU berjilbab itu. Ia naikan sedikit jilbab Riska, dan ketika leher Riska yang putih bersih terlihat, langsung saja Parno melumatnya. “Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno. Parno sengaja tidak membuka jilbab Riska, karena ia menyukai sensasi yang tercipta dihatinya, ketika melihat seorang gadis lugu yang berjilbab lebar mengerang-erang dan mendesis nikmat didepan matanya.

Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat gadis berjilbab itu pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya, selain karena ia sudah tidak punya tenaga setelah orgasme dahsyatnya yang pertama. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska yang masih terbungkus jilbab dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala gadis alim berjilbab itu itu dihadapkan pada kontolnya.

“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil mencengkeram kepala Riska yang masih berjilbab itu.

Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak gadis berjilbab yang cantik itu sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk kontolnya ke dalam mulut Riska.

“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi gadis berjilbab itu menggelembung karena batang kemaluan Parno yang besar menyumpalnya. “Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut gadis berjilbab itu.

Gadis berjilbab itu menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska yang masih terbungkus jilbab mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok kontolnya dengan mulut gadis alim berjilbab yang montok itu. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.

Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Bahkan sensasi yang ia rasakan melihat seorang gadis berjilbab dengan terpaksa mengulum kontolnya sangatlah nikmat. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak jilbab Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..

“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Gadis lugu berjilbab itu berusaha melepaskan batang kontol Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut gadis lugu yang berjilbab itu.
“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.

Nampak batang kontolnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Gadis manis berjilbab itu meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya sudah sangat lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.

“Sudah Pak.. Sudahh..” gadis berjilbab montok itu menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.

Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat- lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.

Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Gadis belia berjilbab itu sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh gadis berjilbab itu di lantai gudang yang kotor. Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
Setelah gadis lugu berjilbab itu terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu panjang seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Gadis berjilbab itu hanya bisa pasrah akan keadaan, karena tenaga dan keberaniannya sudah hlang entah kemana. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir memeknya, indah sekali. Ia tahu bahwa kemaluan wanita berjilbab selalu bagus, karena tidak pernah tersentuh barangnya laki-laki, dan terawat. Tapi milik Riska, gadis berjilbab lugu yang terbaring dihadapannya itu sangat menggairahkan.

Parno langsung saja mengarahkan batang kontolnya ke bibir memek Riska. Gadis berjilbab itu menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang kontolnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang memek Riska.

“Aakkhh..”, gadis lugu berjilbab itu menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.

Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di memek gadis berjilbab itu dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang kontol Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan gadis alim itu. Barang yang sangat ia jaga telah dirnggut dengan paksa oleh seorang tukang becak. Tangisnya kembali pecah.

“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.

Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.

“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang- ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang kontolnya basah kuyup oleh cairan memek gadis berjilbab berkulit putih bersih itu, yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi gadis berjilbab itu, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.

“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.

Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik berjilbab yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.

Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, gadis berjilbab itu tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah gadis lugu berjilbab itu hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuh gadis berjilbab yang montok dan molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan gadis berjilbab itu yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya. Tentu saja tidak lupa Parno sudah mengambil gambar telanjang dari gadis berjilbab itu, untuk berjaga-jaga agar Riska tidak membocorkan rahasianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini Alasan Mengapa Perlu Ada Ruang Dalam Hubungan Asmara

Arina Yulistara - wolipop   Dok. Thinkstock Jakarta   - Beberapa pasangan seperti tidak bisa hidup bila tak bertemu kekasihnya setiap h...